Djogjainfo – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mendukung program pariwisata kesehatan di DIY yang mengedepankan budaya dan kearifan lokal.
Hal tersebut diutarakan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DIY dr. Joko Murdiyanto, Sp.An.MPH., seusai beraudiensi dengan Gubernur DIY, Senin (17/01) di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.
“Capaian vaksinasi cukup bagus, itu yang membuat kemudian herd immunity terbentuk. Namun demikian, masyarakat tetap harus waspada, jangan stress, bagaimanapun kita melihat pergerakan Omicron di Amerika, Australia, itu luar biasa. Jadi vaksinasi harus terus digencarkan,” tambahnya.
Joko berharap, semakin tingginya capaian target vaksinasi, semakin dapat menekan penyebaran Covid-19 di DIY. “Moga-moga ini bisa meminimalisir Omicron, karena kita sudah punya kebal. Namun walau sudah divaksinasi, prokes tetap harus dijalankan,” pesannya.
Ia juga mengapresiasi bahwa capaian vaksinasi yang telah diperoleh DIY kini adalah hasil koordinasi banyak pihak. “Kami doakan dengan demikian Covid-19 bisa diminimalisir, semoga pandemi bisa jadi endemi. Perlu kesadaran bersama bahwa kita masih dibayang-bayangi Covid-19, mudah-mudahan tidak terjadi gelombang tiga,” harap Joko.
Sementara, Ketua Perhimpunan Kedokteran Wisata Kesehatan Indonesia (Perkedwi), dr. Mukti Rahadian, MARS., MPH., menuturkan bahwa pihaknya telah menyampaikan program kerja organisasi untuk wilayah DIY.
“Kemarin kami baru saja melantik Ketua Perkedwi DIY Ibu dr. Sri Mulatsih. Di dalam proker ada dua hal yang akan dilakukan. Pertama adalah menciptakan destinasi layanan unggulan kedokteran kesehatan DIY bagi mereka warga negara yang selama ini bepergian ke luar negeri untuk dapat mengakses layanan kesehatan,” jelas Mukti.
Menurut penjelasannya, ke depan, Jogja dan IDI akan berkoordinasi dengan rumah sakit di DIY yang telah terakreditasi untuk menyiapkan satu layanan unggulan yang dapat diakses.
Dengan demikian, wisatawan akan mendapatkan layanan di RS dan dokter unggulan di Jogja.
Akreditasi RS ini harus diakui baik secara nasional maupun internasional, baru kemudian bisa menawarkan layanan unggulan.
“Layanan unggulan inilah yang nantinya di-branding oleh negara sebagai layanan unggulan RS yang bersangkutan,” ungkapnya.
Ditambahkan dr. Mukti, masyarakat usia-usia produktif cenderung masih sangat senang untuk melakukan traveling.
“Kami akan sediakan jalur wisata di Joglosemar, tapi substansinya tetap kesehatan. Jadi supaya orang yang berwisata, kondisinya tetap bugar. Nantinya dijaga oleh dokter. Orang yang datang akan melakukan medical check up dulu di RS tersebut dan diberikan rekomendasi misalnya tidak boleh makan hidangan tertentu sesuai dengan hasil pemeriksaan,” terangnya.
Ia menerangkan akan dibuat pula travel pattern yang mengdepankan konsep wisata kesehatan dengan fokus spesifik.
“Di sisi lain, untuk mereka yang sehat, nanti ke depan, persepsinya wilayah DIY akan disiapkan travel pattern untuk perjalanan wisata, menciptakan health tourism di DIY,” tukasnya.
Dr. Mukti menekankan sesuai arahan Ngarsa Dalem, konsep health tourism harus mengedepankan budaya dan kearifan lokal di Jogja.
“Saat ini kami sudah kepikiran tema yang akan diangkat yakni Tracing the History of Jamu. Jadi nantinya, dengan konsep ini, Jogja yang merupakan bagian dari Joglosemar dapat berkolaborasi dengan Pemda Jateng, serta pentahelix lainnya seperti akademisi, bisnis, wisata, profesi, dan civil society menciptakan perjalanan wisata kesehatan di wilayah Joglosemar,” pungkasnya. (rls)