Djogjainfo – Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan disebagian besar wilayah tropis dan subtropis.
DBD disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Aedes aegypti memiliki siklus hidup yang dimulai dari fase telur, larva, pupa, hingga nyamuk dewasa. Fase telur, larva, dan pupa nyamuk berada di dalam air, sedangkan pada saat dewasa, nyamuk aktif terbang mencari makan dari darah manusia, darah binatang atau sari tumbuh-tumbuhan.
Oleh karena itu, upaya yang paling efektif untuk memutus mata rantai penularan DBD adalah dengan membasmi larva nyamuk Aedes aegypti.
Selama ini, larva dibasmi menggunakan larvasida seperti Dichloro Diphenyil Trichloroethane (DDT), etilheksanol, temefos, dan berbagai senyawa sintetik lainnya yang dalam konsentrasi tinggi dapat membahayakan lingkungan.
Sekelompok mahasiswa Fakultas MIPA melakukan penelitian bahwa penggunaan ekstrak rimpang lengkuas dapat digunakan sebagai bioreduktor untuk membasmi nyamuk tersebut.
Mereka adalah Yasinta Dwi Salsabila dan Mia Luvita Sari prodi pendidikan kimia, Intan Tri Wahyuni prodi pendidikan biologi, Intan Damayanti prodi fisika dan Mifta Fajarwati prodi kimia.
Menurut Yasinta Dwi Salsabila lengkuas adalah herbal rhizomatous yang tumbuh kokoh dengan membentuk rumpun besar dan tinggi mencapai 3 meter.
“Senyawa aktif yang ditemukan pada tumbuhan ini adalah saponin, terpenoid, fenolat, flavonoid, karbohidrat, alkaloid, glikosida, fitosterol dan minyak atsiri” katanya.
Kandungan flavonoid lengkuas memiliki nilai konsentrasi dapat membunuh 50% larva Aedes aegypti atau memiliki nilai LC 50 < 50 ppm yaitu 29,8 ppm.
Mia Luvita Sari menambahkan larvasida nabati berasal dari bahan alam yang beracun bagi serangga namun tidak berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Larvasida alami dapat ditemukan pada tumbuhan yang mengandung senyawa aktif seperti golongan sianida, saponin, tannin, flavonoid, alkaloid, steroid, dan minyak atsiri.
“Larvasida sendiri dapat diartikan sebagai golongan dari pestisida yang dapat membunuh serangga belum dewasa atau pembunuh larva” kata Mia.
Intan Tri Wahyuni mengatakan penelitian luring dilaksanakan di Laboratorium Penelitian III Kimia FMIPA UNY untuk pembuatan ekstrak rimpang lengkuas, sintesis hijau nanopartikel bimetalik Cu/Ni, pembuatan larvasida, dan karakterisasi nanopartikel bimetalik dengan UV-Vis.
“Uji aktivitas larvasida di Lab parasitologi UGM dan Uji PSA di Laboratorium terpadu FMIPA UNY” katanya.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom, nampan, pisau, timbangan, gelas ukur 1000 mL, gelas kimia 1000 mL, panci, kertas saring Whattman No. 1, gelas kimia 2000 mL, erlenmeyer, pengaduk kaca.
Kemudian stirrer, oven, labu ukur 100 mL 5 buah, spatula, botol flacon, corong kaca, pipet ukur, ball pippete, neraca analitik, pipet tetes, thermometer, PSA, dan spektrofotometer UV-Vis.
Bahan yang digunakan rimpang lengkuas, akuades, kertas saring Whatman No.1, CuSO₄.5H₂O, dan NiCl₂.6H₂O.
Pembuatan ekstrak limpang lengkuas adalah rimpang lengkuas dikupas, dicuci bersih dengan air keran dan dibilas beberapa kali dengan air suling. Rimpang yang sudah bersih, dipotong-potong kecil dan tipis.
Rimpang lengkuas dikeringkan dengan dijemur dibawah sinar matahari untuk menghilangkan kelembapan dan dikeringkan menggunakan oven.
Selanjutnya, lengkuas dihaluskan mengunakan blender. Rimpang lengkuas kering ditimbang sebanyak 40 gram dan didispersikan dalam 800 ml akuades steril pada gelas kimia 1000 ml.
Selanjutnya, bahan direbus pada suhu 80°C selama 20 menit. Setelah bahan dingin lalu disaring dengan kertas saring Whatman.
Larutan ini dibuat dalam 7 variasi dengan beberapa kombinasi campuran. Menurut Intan larutan paling optimal untuk membasmi nyamuk adalah larutan dengan konsentrasi 100/1000 ml/L.
“Hanya dengan ekstrak lengkuas yang mudah dijumpai dan murah bisa membuat larutan tersebut menjadi nanopartikel dan dapat digunakan sebagai larvasida nyamuk aedes aegypti,” ucapnya. (*)