Jumat, 11 Oktober 2024
Djogja Info

Mencicipi Jamu Ginggang di Pakualaman Yogyakarta

Jamu Ginggang di Pakulaman. (Pemkot Yogyakarta)
Jamu Ginggang di Pakulaman. (Pemkot Yogyakarta)
Jamu Ginggang di Pakulaman. (Pemkot Yogyakarta)
Jamu Ginggang di Pakulaman. (Pemkot Yogyakarta)

Djogjainfo – Di masa pandemi seperti saat ini Jamu Ginggang yang berada di Pakualaman Yogyakarta masih tetap eksis hingga turun temurun.

Jamu Ginggang yang sudah di pegang oleh generasi kelima ini merambah usahanya dengan penjualan secara online.

Kios Jamu Ginggang yang berada di Jalan Masjid No 32, Pakualaman, Yogyakarta ini tepatnya sebelah barat dari Istana Kadipaten Puro Pakualaman.

Konsep kafe sejak tahun 1950 lalu hingga kini masih dilestarikan seperti aslinya warung jaman dulu.

” Berawal dari tahun 1930-an, Mbah Joyo Tan Ginggang membuka jamu yang dibuat hanya eplek-eplek di depan (toko sekarang). Saat itu, mendapatkan izin dari Kadipaten untuk menjual ke umum,” jelas Ike Yulita Astiani generasi kelima pengelola Jamu Ginggang, Kamis (13/1).

Jenis jamu yang ada di Jamu Ginggang antara lain jamu beras kencur, kunyit asem, parem, pahitan, jamu sehat laki-laki, jamu pegel laki-laki, galian putri, galian singset serta jamu terlambat bulan.

Hingga saat ini hampir satu abad Jamu Ginggang masih tetap eksis dan menjadi salah satu favorit jamu tradisional yang banyak diminati hingga saat ini.

“Jamu Ginggang tidak ada bahan pengawet dan pemanis buatan. Murni gula pasir dan gula merah. Hingga saat ini alhamdulillah masyarakat sangat cocok, bahkan banyak yang bilang sejak minum Jamu Ginggang badan menjadi lebih sehat, nafsu makan bertambah, atau yang ingin mengurangi lemak juga sudah terbukti khasiatnya,” katanya.

Ike Yulita mengatakan, selama pandemi dampak positif yang diperoleh sejak adanya himbauan dari Presiden RI Joko Widodo untuk minum empon-empon seperti kunyit asem, beras kencur, dan temulawak.

“Dari situ masyarakat banyak berdatangan ke warung kami. Sampai sekarang bahkan ada namanya jamu corona (campuran beras kencur, kunyit asem, temulawak), setiap harinya selama pandemi penjualan kami bisa 100-200 gelas,” ujarnya.

Menurutnya, walaupun banyak yang berdatangan membeli jamu, penjualan di masa pandemi mengalami penurunan hingga 25 persen.

”Harapan kami keluarga besar Jamu Ginggang bisa membuka cabang di berbagai kota bahkan ekspor ke luar negeri. Untuk sementara kita merambah penjualan online yakni dengan jamu yang berbentuk serbuk namun ada juga yang cair. Penjualan online ini sementara kita jual melalui marketplace,” ungkap Ike Yulita.

Salah satu penikmat Jamu Ginggang Hendi mengungkapkan, sudah selama dua tahun menjadi langganan jamu tersebut.

“Saya suka Jamu Ginggang ini karena asli dari ramuan tradisional sejak jaman dulu. Rasanya tetap sama dan terasa khasiatnya di badan saya. Badan terasa bugar setiap minum jamu ini,” katanya.

Favorit jamu yang selalu ia pesan adalah jamu beras kencur kental. Menurutnya jenis jamu tersebut sangat enak dan bisa menghangatkan badan.

“Saya selalu pesan beras kencur kental. Teman-teman yang mencari jamu selalu saya rekomendasikan untuk membeli Jamu Ginggang ini,” ujarnya. (*)

Leave a Reply