Kamis, 12 September 2024
Djogja Info

Pegiat ketoprak dari Yogyakarta, Bondan Nusantara Berpulang

Pengiat ketoprak Bondan Nusantara Berpulang. (Ist)
Pengiat ketoprak Bondan Nusantara Berpulang. (Ist)
Pengiat ketoprak Bondan Nusantara Berpulang. (Ist)
Pengiat ketoprak Bondan Nusantara Berpulang. (Ist)

Djogjainfo, Bantul – Maestro ketoprak dari Yogyakarta Bondan Nusantara meninggal dunia pada Rabu (20/4) sore.

Berpulangnya Bondan Nusantara menyisakan kesedihan dan kehilangan besar bagi seniman-seniman dan dunia ketoprak Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berpuluh tahun berkecimpung dalam usahanya menghidupkan dan melestarikan kesenian ketoprak menjadi Bondan dikenal sebagai tokoh besar yang berhasil menghidupkan kesenian ini dikalangan anak muda.

“Bapak tindak sore tadi dalam kondisi tidur. Malam sebelumnya (Selasa, 19/4), bapak pulang sekitar pukul 21.00 WIB lebih dari latihan bersama teman-temanya,” kata anak pertama Bondan, Arcaya Manikotama, Rabu malam, dikutip dari Koran Jogja.

Sebelum tidur, Koko panggilan Arcaya, menceritakan bapaknya sambil menyerahkan bingkisan makan ke ibu, Maria Sri Sulastri, agar dibangunkan pagi hari. Bapak berkata jam 08.30 WIB akan ada rapat dengan Tim Pengembangan Ketoprak Yogyakarta.

Paginya, sempat dibangunkan pada jam yang dipesankan. Bondan sempat menjawab sekilas dan melanjutkan tidurnya. Hingga siang Bondan masih belum bangun dan saat diperiksa sudah meninggal.

Sebagai anak, Koko mengaku bangga dengan apa yang selama ini dilakukan bapaknya. Tanpa kenal lelah dan gigih, Bondan tidak kenal waktu maupun tempat mendedikasikan hidupnya demi ketoprak.

“Bahkan hampir setiap hari bapak selalu pulang menjelang tengah malam. Bapak tidak tidak peduli pasang surutnya ketoprak. Beliau tidak mau menyerah,” ucapnya di rumah duka di Kasongan, Bantul.

Mewakili keluarga, Koko mengatakan berharap dan meminta kepada para anak-anak muda yang sudah dibimbing serta dilatih bapaknya terus melestarikan ketoprak tanpa patah semangat.

“Tanpa harus bersama bapak lagi. Cita-cita bapak meregenerasi pemain ketoprak sudah purna. Buktinya ketoprak banyak diterima generasi sekarang,” ucap Koko.

Keinginan keluarga ini persis seperti yang selalu disampaikan Bondan saat ditanya kenapa dirinya konsisten melestarikan ketoprak. Baginya kesenian ini adalah warisan dari kedua orang tuanya, Suyatin dan Kadariah, yang juga pemain ketoprak.

Sejawat Bondan di Tim Pengembangan Ketoprak Yogyakarta, Bambang Paningron mengatakan sebenarnya dalam waktu dekat ini kegiatan tahunan festival ketoprak Yogyakarta sudah akan dimulai.

“Mei besok rangkaian awal akan diselenggarakan. Dimulai dengan workshop penulisan naskah, penyutradaraan dan latihan peran. Kemudian dilanjut festival ketoprak antar kecamatan dan puncaknya antar kabupaten,” jelasnya.

Selama tiga tahun terakhir, atas instruksi Gubernur, Bondan melakukan banyak perubahan dalam dunia ketoprak agar lebih menarik anak-anak muda. Salah satunya adalah memberi kebebasan berimprovisasi dalam penulisan naskah asal tidak keluar dari konteks sejarah.

Demikian juga dengan pementasan, Bondan memberikan kebebasan berekspresi asalkan tidak menyalahi pakem ketoprak serta tidak menutup diri pada penggunaan teknologi informasi.

Sampai hari ini, sebut Bambang, ada sekitar 700-an anak muda se-Yogyakarta yang serius menghidupkan dan melestarikan ketoprak.

“Setelah kepergian Mas Purwadmadi dua bulan lalu dan sekarang Mas Bondan, saya belum tahu harus berbuat apa. Tapi yang pasti warisan ini tetap harus dilestarikan,” kata Bambang. (*)

Leave a Reply