Djogjainfo – Pengguna bahasa Indonesia diketahui telah dipakai oleh lebih 300 juta penutur di dunia. Jumlah penduduk Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia saja telah melebihi 250 juta jiwa dari penduduk Indonesia yang lebih dari 272 juta.
Bahasa Indonesia juga menjadi variasi dialektal di kawasan serantau seperti di Malaysia yang berpenduduk 33 juta, Thailand Selatan, Brunei, Singapura, Filipina Selatan, Suriname, dan berbagai diaspora Indonesia di dunia seperti di Amerika, Kanada, Jepang, Korea, Timur Tengah, dan sebagainya.
Baca juga: Kuliah Lapangan dengan Mahasiswa, Wabup Sleman: Pengalaman Adalah Guru Terbaik
Oleh karena itu, sudah selayaknya bahasa Indonesia terus digaungkan dan dikembangkan fungsi dan perannya sebagai bahasa nasional di Indonesia dan bahasa Internasional di kawasan ASEAN.
Seiring dengan meluasnya pemakaian bahasa Indonesia ini dan menguatnya peran ekonomi, politik, diplomasi kebudayaan Indonesia.
Demikian yang mengemuka dalam seminar nasional yang bertajuk Indonesia dan Keindonesiaan di Panggung Internasional, Jumat (20/5).
Seminar yang diselenggarakan dalam rangkaian Dies Fakultas Ilmu Budaya (FIB) ke-76 ini menghadirkan beberapa pembicara yakni Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek RI, Hilmar Farid, Ph.D., Mantan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Prof. Dr. Mahsun, Pakar Ilmu budaya FIB UGM Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra. Dan Pakar Hubungan Internasional Prof. Dr. Mochtar Mas’oed
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek UGM, Hilmar Farid mengatakan hampir 77 tahun setelah bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional dalam konstitusi, menurutnya para pendiri bansga berhasil memperjuangkan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan.
Namun hingga saat ini keinginan menjadikan bahasa indonesia sebagai bahasa kedua di tingkat ASEAN sebagai bahasa diplomasi belumlah berhasil.
Meskipun begitu, ia berharap setidaknya bahasa Indonesia lebih digaungkan lagi dalam publikasi bidang sains dan teknologi serta sosial humaniora dalam tesis, disertasi dan jurnal.
“Memperjuangkan bahasa Indonesia dalam pengembangan ilmu perlu dilakukan. Keanekaragaman hayati dan budaya kita yang sangat luar biasa. Jika kita bisa tumbuh dengan pusat pengetahuan yang berkualitas, maka sudah semestinya orang kemudian terdorong belajar bahasa Indonesia,” ujarnya.
Prof Mahsun mengatakan bahasa Indonesia lahir dari bahasa melayu. Namun dalam perkembangannya bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional dan bahasa persatuan.
Ia menyebutkan pada tahun 1953 sedikitnya ada 23 ribu jumlah kosakata dalam kamus bahasa indonesia yang sebagian besar diadopsi dari bahasa melayu.
Hingga sekarang jumlahnya kosa kata dalam kamus bahasa Indonesia mencapai 91 ribu kosa kata bahkan sudah bertambah jadi ratusan ribu.
“Yang membuat bangsa indonesia masih bersatu karena warisan sangat berharga bahasa persatuan, bahasa Indonesia,” ujarnya.
Soal menjadikan bahasa indonesia sebagai bahasa diplomasi di tingkat negara asean saja, menurutnya ada dua tantangan yang harus diatasi yakni adanya subordinasi bahasa melayu dan degradasi bahasa Indonesia dari bahasa besar dunia.
Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., dalam pidato kuncinya menuturkan ada 428 lembaga penyelenggara pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing yang di tersebar di 47 negara.
Baca juga: Ribuan Pegawai UGM Disuntik Vaksin Booster
Jumlah pembelajar bahasa Indonesia terus mengalami peningkatan sehingga sudah selayaknya bahasa Indonesia digaungkan dan dikuatkan fungsi dan perannya sebagai bahasa nasional dan internasional.
“Seiring menguatnya peran bahasa indonesia dan diplomatik kebudayaan kita diharapkan bisa menguatkan vitalitas bahasa Indonesia di tingkat internasional,” pungkasnya. (rls)