Gunungkidul, Djogjainfo – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (PBPD) Gunungkidul bersama BPBD DIY menggelar simulasi bencana gladi lapang Kalurahan Tangguh Bencana Tahun 2022.
Ada lima Kalurahan di Gunungkidul yang akan dikukuhkan menjadi Kalurahan Tangguh Bencana.
Segmen pertama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul dan BPBD DIY melakukan simulasi penanganan bencana angin puting beliung di Lapangan Kwarasan, Kalurahan Kedungkeris, Nglipar pada Rabu (18/05/2022).
Ada 30 orang komponen masyarakat yang dilibatkan dalam pembentukan Kalurahan Tangguh Bencana. Selama 10 hari mereka diajarkan tentang mitigasi bencana khususnya angin puting beliung. Mengingat wilayah ini memiliki potensi bencana tersebut.
“Simulasi ini diberikan untuk meningkatkan pemahaman kepada masyarakat tentang mitigasi bencana. Mereka dilibatkan langsung untuk melihat, belajar , hingga melakukan praktik,” kata Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Purwono disela acara.
Simulasi bencana puting beliung dilaksanakan semirip mungkin dengan kondisi saat bencana terjadi. Mulai dari evakuasi korban luka, pendirian tenda darurat, persiapan dapur umum, dan koordinasi lintas sektoral dalam penanganan bencana.
Kegiatan ini juga melibatkan unsur lain seperti Puskesmas, Kepolisian, Pemadam Kebakaran, Gunungkidul Emergency Service, Tim BPBD dan Juga relawan. Diharapkan dengan simulai ini dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat.
“Ada lima Kalurahan yang terpilih untuk dikukuhkan menjadi Kalurahan Tanggap Bencana Tahun 2022, diantaranya Kalurahan Bleberan Playen, Gari – Wonosari, Kemiri – Tanjungsari, Pringombo – Rongkop dan Kedungkeris – Nglipar. Sumber anggaran beradal dari BPBD Propinsi,” terang Purwono.
Sementara dalam kesempatan yang sama Bupati Gunungkidul, Sunaryanta mengatakan, masyarakat yang berada di daerah yang memiliki potensi bencana tinggi harus responsif dalam menangani bencana. Masyarakat dituntut memiliki kepekaan yang tinggi.
Pihaknya berharap melalui simulasi dan mitigasi bencana masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman warga. Sehingga jika terjadi bencana mereka tahu apa yang harus segera dilakukan.
“Letak geografis Gunungkidul sangat rentan terhadap potensi bencana tanah longsor, banjir, puting beliung, butuh ketangguhan penanganan cepat,” katanya.
Bupati berharap setiap Kalurahan nantinya terbentuk kelompok tanggap bencana. Contohnya simulasi penanganan bencana juga perlu dilaksanakan secara rutin. Sehingga ilmu yang diperoleh dapat ditularkan kepada masyarakat.
“Biarpun tidak ada bencana, namun kesiapsiagaan kita terus terjaga,” katanya. (rls)