Djogjainfo – The Phoenix Hotel Yogyakarta merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bangunan ini awalnya merupakan milik seorang pedagang keturunan Tionghoa asal Semarang bernama Mr. Kwik Djoen Eng, sebagai tempat tinggalnya.
Baca juga: One Piece Chapter 1047: Tubuh Luffy terlihat bagus tapi Kaido tidak takut padanya!
Dikutip dari situs resmi BPCB DIY, rumah itu dibangun Mr. Kwik Djoen Eng pada 1918 silam. Ia kemudian mengalami kebangkrutan pada 1930an saat terjadi resesi ekonomi.
Karena terpuruk, Mr. Kwik Djoen Eng menjual rumahnya kepada orang Belanda bernama DNE Franckle yang kemudian dijadikannya hotel dengan nama SPLENDID.
Hotel itu kemudian sempat dikuasai oleh Jepang dan diganti nama menjadi Hotel Yamato saat pendudukan Jepang.
Hotel ini kemudian dikembalikan ke pemiliknya ketika Jepang kalah pada 1945. Selanjutnya dipakai menjadi Kantor Konsulat Cina pada periode 1946 hingga 1949.
Kemudian pada 1952 sampai 1987 bangunan itu kembali berubah nama menjadi Hotel Merdeka.
Hotel ini juga sempat menjadi kantor Presiden RI pertama yakni Sukarno pada 1951 ketika ibukota Indonesia pindah ke Yogyakarta.
Bangunan hotel ini berarsitektur Indis yang bercampur Jawa. Pada bagian belakang bangunan sudah terjadi penambahan.
Baca juga: One Piece Bab 1047 segera kembali setelah istirahat! Baca narasi ini!
Pada 1993 berganti nama menjadi “Phoenix Heritage Hotel”. Pada 14 Mei 2004, nama Hotel Phoenix Heritage diubah menjadi Grand Mercure hingga 29 Maret 2009.
Nama Hotel Grand Mercure kembali lagi menjadi The Phoenix Yogyakarta pada 30 Maret 2009. (*)